Pexels/Pietro Jeng

Penggunaan Obat Penurun Berat Badan Dapat Berkontribusi Dalam Menurunkan Risiko Serangan Jantung

Jumat, 15 Nov 2024

Para peneliti menemukan bahwa beberapa jenis obat untuk penurunan berat badan dan diabetes tipe 2 dapat berkontribusi dalam mengurangi risiko serangan jantung, stroke, serta kematian pada individu yang telah mengalami stroke.

Berdasarkan laporan dari Medical Daily pada Senin (11/11), penelitian terbaru ini menganalisis data kesehatan dari 7.044 orang dewasa yang dirawat di rumah sakit akibat stroke iskemik akut antara Januari 2000 dan Juni 2022.

Para peneliti mengikuti perkembangan peserta studi untuk mengeksplorasi bagaimana dua kategori obat diabetes tipe 2 dan penurun berat badan dapat menurunkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke sekunder, atau kematian pada penyintas stroke.

Dua kategori obat yang diteliti dalam studi ini adalah agonis reseptor glukagon-like peptide-1 (GLP-1) seperti liraglutide dan semaglutide, serta penghambat sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2) seperti canagliflozin dan dapagliflozin.

Hasil awal dari penelitian yang dipresentasikan dalam Sesi Ilmiah American Heart Association 2024 menunjukkan bahwa setelah rata-rata tiga tahun, orang dewasa yang mengonsumsi GLP-1 atau SGLT2 mengalami penurunan risiko kematian sebesar 74 persen dan penurunan risiko serangan jantung sebesar 84 persen.

Selain itu, individu yang menggunakan penghambat SGLT2 memiliki kemungkinan 67 persen lebih rendah untuk mengalami stroke berikutnya.

"Sayangnya, satu dari empat orang yang selamat dari stroke akan mengalami stroke kembali, dan mereka juga berisiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskular lainnya seperti serangan jantung, karena banyak faktor risiko stroke juga berhubungan dengan jenis penyakit jantung lainnya," ungkap penulis utama studi, Dr. M. Ali Sheffeh, seorang peneliti di Mayo Clinic, Rochester, Minnesota, Amerika Serikat.

Ia menekankan pentingnya manajemen risiko-risiko tersebut serta pencarian pendekatan baru untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stroke, serangan jantung, atau kematian, sebagai langkah krusial dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup bagi mereka yang pernah mengalami stroke.

Para peneliti mengamati bahwa risiko serangan jantung, stroke sekunder, atau kematian pada individu yang selamat dari stroke menunjukkan penurunan, meskipun telah disesuaikan dengan berbagai faktor lain seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit arteri perifer, hiperlipidemia, penyakit ginjal kronis, serta riwayat serangan jantung atau gagal jantung.

Tingkat kematian di antara penyintas stroke yang menggunakan salah satu dari dua kelas obat diabetes tipe 2 dan penurun berat badan tercatat sebesar 11,8 persen, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan 54 persen pada mereka yang tidak menggunakan obat tersebut.

Tingkat serangan jantung di antara pasien yang mengonsumsi salah satu obat tersebut adalah 1,5 persen, sedangkan pada mereka yang tidak mengonsumsinya mencapai 6,1 persen.

Meskipun kemungkinan terjadinya stroke kedua pada pasien yang menjalani pengobatan dan yang tidak hampir serupa, sekitar 6 persen, para peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan salah satu obat dan pengurangan risiko terjadinya stroke berulang ketika mempertimbangkan berbagai variabel.

"Dalam perbandingan beberapa variabel, kami tetap dapat menyimpulkan bahwa pengobatan dengan salah satu obat ini berkaitan dengan penurunan risiko stroke berulang, meskipun tingkatnya serupa antara pasien yang mendapatkan pengobatan dan yang tidak," ungkap Dr. Sheffeh.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar